Kamis, 10 Oktober 2013

Boleh saya pinjam sejenak?

Sedang lelah untuk sesaat
Ingin merebah bermain dengan detikan jam
Mengurai benang dengan serat kenangan
Memaknai masa, berserah penuh kepada semesta
Sandaranku semoga tidak rapuh
Pijakanku semoga tetap utuh
Butuh kesanggupan penuh untuk berpegang teguh
Kalau pun tidak ada seorang untuk menjadi teman berdampingan
Aku memilih bercengkrama dengan ruang
Berekspresi dengan pena, mengungkap asa di atas kertas
Anggap saja aku sedang bermanja-manja
Butuh sebuah jeda
Sedang muak dengan segala topeng dunia
Sedang jengah akan segala skenario pikiran
Menghindar dari segala keriuhan
Memilih berdamai dengan sejarah dan detik yang terus berjalan
Oh pundak itu, boleh saya pinjam sejenak?

Jumat, 12 April 2013

110413

masih kah langit yang sama? aku menyematkan pandangan pada langit hari ini. aku sedang berdiri di dataran yang sama dengan dataran yang sedang kau pijaki. aku terus mengutarakan pertanyaan yang sama. tanpa bersuara tentunya. masih kah langit yang sama? kurasa bisa juga masih langit yang sama namun sudah berbeda rasa. ah, sayang... entah apa yang membuat diriku seolah terhapus begitu saja dari brankas memorimu. lupa kah? termakan jeda waktu yang mulai usang? aku masih terus memanjatkan permohonan kepada sang waktu. kalau kau tidak bisa memberikannya, pasti waktu bisa bermurah hati kepadaku. nyatanya aku di sini. dengan kondisi jauh lebih dekat dengan posisimu. namun sayangnya ada jarak yang tak kasat mata jauh lebih jauh terbentang dan tak pernah aku duga sebelumnya. sudahlah.. apa mungkin memang sepatutnya demikian? mungkin. dan ya.. aku sedang malas melontarkan protes. kurasa menerima adalah hal bijak yang patut aku coba...

-110413-

Senin, 01 April 2013

Untitled

Hari ini hari spesial. Tanggal pertama yang jatuh pada hari pertama  juga. Awal yang baik di bulan genap kedua. Banyak orang yang berlomba-lomba menggantung harapannya. Harapan-harapan baru dan harapan yang mungkin sudah mulai usang. Usang karena tergerogoti waktu yang pasti masih bersifat diktator atau bahkan karena tertodong oleh rasa putus asa. Setidaknya dengan menciptakan sebuah hal yang disebut harapan tersebut, mereka masih fasih menjadi seorang manusia. Peduli setan apakah semesta akan mengaminkan atau bahkan masih tega menggantungkan harapan tersebut di pohon kehidupan yang amat sangat fana ini.