Minggu, 10 Juli 2011

jika aku lebih memilih malam...

Masih teringat jelas saat aku menikmati Pantai Sanur saat malam mulai beranjak separuh waktu. Gelap, dan hanya satu temaram lampu yang menemani. Pasti mereka akan bertanya-tanya, selarut itu? apa yang kau lakukan? tengah malam? Dan jika aku menjawab... menikmati malam. Aah...pasti mereka hanya mengerutkan dahi. Aneh? Ah, kurasa tidak. setiap manusia memiliki cara masing-masing untuk menjalani atau pun menikmati waktu dalah kehidupan fananya ini. Begitu juga aku, kala itu. Ya, itu salah satu malam berkesan yang aku lewati di mana suara deburan, cahaya bulan dan kedip-kedip lampu pesawat sungguh hal terpenting yang aku ingin simpan selama mungkin. Tapi sang waktu tentu saja tidak bisa diajak kompromi.


Dan aku juga teringat akan suatu malam. Waktu itu mungkin masih menunjukkan pukul 8 malam. Di pertengahan tahun, aku masih merekam jelas bagaimana langit bermurah hati memamerkan bintang-bintang dan terang bulan untuk menghiasi malamnya. Aku berdiri di situ, sedikit melawan hawa dingin yang menusuk tulang demi menikmati kebesaran karyaNya. Langit sungguh cerah, salah satu langit terindah yang pernah aku nikmati. Belum lagi saat aku melihat di bawah sana, ya aku berada di lereng gunung Argopuro sehingga aku bisa menikmati kotaku dari atas. Kotaku sungguh terang oleh gemerlap lampu-lampunya. Kolaborasi yang bagus bukan? Langit dan kota kompak memancarkan sinarnya. Oh tentu saja, itu hanya bisa ditemui kala malam.

Coba bayangkan kalau saja bintang munculnya di siang hari. Jelas saja matahari tidak akan mau mengalah. Matahari terlalu perkasa dan istimewa oleh karena daya cahaya yang dia miliki sehingga bintang pun jelas tidak akan berdaya dengan itu semua. Maka tak adalah kata "rasi bintang" dalam kamus mana pun. tak ada penunjuk arah bagi para nelayan untuk mencari nafkah di lautan lepas sana. Tuhan Maha Adil bukan? Oleh sebab itu bintang sungguh cocok apabila disandingkan dengan malam. Sungai bintang, ya itulah yang aku ingat saat memandang langit ketika aku melakukan perjalanan di lautan pasir Gunung Bromo. Rasa lelahku akan perjalananku cukup terobati oleh rasa kagumku saat memandang langit malam itu. walaupun lagi-lagi aku harus berjuang melawan suhu dingin ciri khas daerah gunung. Bintang-bintang itu seolah tidak peduli di belahan mana dia berasal, mereka serempak muncul membentuk siluet menakjubkan hampir seperti suatu aliran sungai. Sungai di langit. ya, di langit malam yang gelap...warna yang kontras sehingga bintang-bintang itu tampak jelas.

Malam...jelas malam itu identik dengan sepi...dan bagi semua insan yang mengharapkan sebuah kekhusyukan..malam merupakan solusinya. untuk berdiam, merenung, berkarya, berdoa...berbicara padaNya...menghayati segala peristiwa dan angan yang terlintas dalam otak. Malam syahdu....

Dan aku memang lebih mencintaimu....

2 komentar: