Sabtu, 09 Juli 2011

pagi ini

Pagi, taukah kau jika terkadang otak ini terasa begitu sempit. Ya sangat sempit sebagai tempat untuk selalu menelaah dan menerka segala arti dalam sepanjang  perjalanan ini. Mungkin terlalu sempit oleh hal-hal yang tidak penting. Penting? atau... tidak? entahlah. lagi-lagi otak yang sempit ini tetap yakin kalau kebenaran di dunia fana ini sungguh nisbi. Belum lagi terasa sesak saat jalur-jalur pikiran ini mengimpulsif dengan kecepatan tinggi ke arah yang tak tentu. Masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Hingga mendadak otak ini seperti wartawan saja, yang dengan giat memegang prinsip 5 W 1 H. Who? What? When? Where? Why? dan How?. Hidup memang penuh tanda tanya. misteri.



Dan tau kah kau pagi, memaknai itu pekerjaan yang sangat sulit. Sesulit pelajaran kimia, bagiku. Perlu remidi untuk bisa memperoleh nilai baik. apa ini gara-gara otakku yang kecil sehingga terkadang aku melewatkan banyak hal dan baru tersadar beberapa waktu kemudian? Mungkin.

Namun aku ingin memberitahumu, pagi. Otakku yang kecil ini sungguh sederhana. Hanya ingin bahagia dan membahagiakan sekitarku walau otakku ini lagi-lagi harus bekerja keras untuk memikirkan caranya. Belum lagi sifat otakku yang pelupa, dan mungkin itu juga pemicu mengapa aku sering terlupakan. Dan walaupun sederhana namun aku ingin melakukan suatu hal yang lebih. dan tidak hanya "sekedar itu" mungkin kah? dan bolehkah? Terkadang menjadi asing dan berbeda itu mengerikan. Layaknya memakai daster di tengah kerumunan ornag memakai seragam batik. ah mungkin yg lebih cocok seperti memakai kaos longgar dan jeans casual di tengah mereka yang berseragam PNS. what the hell. Tapi beginilah dunia di sekitarku, Pagi. Entahlah kenapa otakku yang kecil ini seolah melawan arus dari itu semua.

Pagi, boleh kan aku menjadi orang biasa saja, asal aku bisa hidup mandiri, tidak jadi parasit, dan aku bisa mengekspresikan diri dengan puas dan merdeka? Seandainya saja aku juga bisa tidak berkompetisi dalam alur kehidupan fana ini, tak usahlah menjadi yang nomer satu..nomer enam pun aku terima, nomer dua puluh, tidak usah berseragam batik, berseragam coklat, tidak usah cari muka seolah aku harus bisa selalu tampak baik, brilian, mengagumkan bagi smeua orang. Dan aku benar-benar terkesima dengan kalimat Seno Gumira "Berbahagialan orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban."

Atau..Apa mungkin aku terlalu apatis? terlalu egois? entahlah.

4 komentar:

  1. Jenis tulisan yg ini seperti surealis ya,
    Berbicara dengan pagi,,
    Lakukan ja yang terbaik yang kamu bisa,
    Bahagia itu parameternya tidak menentu,
    Tergantung orang yang hendak merasakannya,
    Bisa saja satu tindakan kecil membuat bahagia,
    Namun ada juga, sudah melakukan kebaikan yg besar tidak cukup bisa membuat orang bahagia,

    Tetap semangat dan positive thinking ya =D

    BalasHapus
  2. setuju. suka banget ma komenmu. hhe thx u ya... ^^
    just wanna be my self n do da best kok. ;)

    BalasHapus
  3. inget tea,, kdg beberapa orang salah mengartikan kebaikan qt. jd klu qt mu berbuat baik,, ngga usa setengah2. sekalian basah aja. toh Tuhan tw koq niat qt gmn. dan buah sabar itu manis :)

    BalasHapus
  4. semanis apa? semanis tampang nyetty gaa. hahhaha

    BalasHapus