Senin, 14 Januari 2013

Dimensi Absurd (2)


Damn_cold

Mari kita mulai dengan ....
Pantai seusai badai. Masih berangin dan abu-abu. Kamu di sisi kanan, dan aku di sisi kiri. Ah, padahal aku yang paling suka di sisi kanan. Tak apa lah, buat kamu... apa yang tidak? Aku dan kamu. Bercengkrama. Ini merupakan scene favoritku. Setiap waktu.
Suaraku dan suaramu masih tertahan di kerongkongan masing-masing. Tenang Sayang, cuplikan dimensi absurd kali ini hanya sebentar. Beberapa saat kemudian, aku dan kamu kompak menoleh satu sama lain. Tiba-tiba. Kamu menatap lurus ke arah mataku, begitu juga sebaliknya. Alisku bertaut, dahimu berlipat. Bibirmu dan bibirku sama-sama terbuka sedikit. Membentuk lorong kecil sebagai jalan keluar desahan nafas.
"Semua ini bukankah terjadi amat sangat begitu cepat?", kataku kemudian.
"Kita tak akan pernah mempunyai cakram untuk menghentikannya.", sahutmu.
"Ah, aku lelah!"
"Sayangnya itu tidak boleh. Kejar atau terlindas!"
Ucapanmu aku balas dengan dengusan sekaligus helaan nafas.
"Belajarlah banyak ! Waktu memang sangat otoriter, Sayang !", ucapmu sambil menepuk kepalaku lembut.
"Ah, sebaiknya aku kembali ke dunia nyata.."
"Segera!", jawabmu seraya tersenyum. Senyum tipis khasmu. Sudah pasti aku menyukainya amat sangat.
Ah, baiklah. baiklah. baiklah.

1 komentar:

  1. percakapan yang menarik...
    Terus semangat menulis, ya! :D

    BalasHapus