Minggu, 17 Juni 2012

Kenapa Harus Garpu?


Garpu
Kenapa harus Garpu?
Aku berani taruhan benda-benda kenangan banyak yang meliputi bunga, coklat, boneka, foto, cincin atau benda-benda yang lekat sekali dengan kisah percintaan. Lagi-lagi percitaan …dan aku pun sering mengumpat “Persetan dengan cinta”. Ah, aku bukan munafik dalam urusan percintaan. Karena aku memang sedang merasakan gejala terbius oleh apa yang orang sebut dengan cinta. Tapi, sekali lagi aku berpikir..apa memang benar ini cinta? Aku tak punya nyali untuk membenarkannya. Kuanggap saja ini sebuah “rasa” , rasa yang berbeda tentunya. Sudah anggap saja begitu, sederhana saja lah tak usah bertele-tele.

Oke, ada apa dengan garpu? Aku tak punya garpu istimewa, namun setiap kali aku makan menggunakan sendok dan garpu aku pasti tersenyum. Ah, jangan berpikir aku kurang waras karena aku memang sudah tidak waras. Saat memegang garpu aku selalu mengingatmu. Mengingat saat aku dan kamu duduk berdampingan menikmati matahari. Tiba-tiba kamu meraih tanganku dan mengarahkan untuk memegang garpu dengan posisi jari yang benar. Aku menatap heran wajahmu. Kamu melirik dan menangkap tatapan mataku. Lagi-lagi kamu tersenyum tipis.
“Garpu sengaja diciptakan untuk menusuk. Dan memegangnya harus benar agar fungsinya dapat bekerja efektif” katamu kala itu dengan nada datar.
Tak ada suara yang keluar dari mulutku, hanya desauan udara yang keluar dari bibir yang sudah membentuk huruf “O”.
“Kalau sedang makan malam bersama, terkadang aku dan manajer lain kompak saling mencari orang yang salah memegang garpu. Tandanya dia pasti orang baru.”
Aku melihat tanganku dan tanganmu yang tengah memegang garpu, kemudian kembali tertuju pada wajahmu. Ah sayang, otakku baru tersadar. Sepertinya aku dan kamu memang berbeda. Berjarak. Namun aku memilih untuk memungkiri semua itu. Pura-pura amnesia. Setidaknya dengan hal itu aku dapat sedikit tenang.
Sometimes I really don’t care about our difference. Because when you next to me I feel so me and balance……..
Aku masih terpaku dalam lamunanku, dan kau kembali menatap lurus ke lautan lepas di depan sana. Sinar matahari makin terasa walau awan masih setia mengitarinya. Seperti mimpi duduk berdampingan dengan orang sepertimu di sini, salah satu tempat terbaik untuk menikmati biru laut yang pernah ku temui, "El Kabron". Kau meneguk birmu, entah aku sangat menyukai ketika kau meneguk minuman itu dengan perlahan. Hingga aku kehilangan konsentrasi sejenak saat mulai memasukkan sepotong kentang di ujung garpu ke dalam mulutku. Matamu langsung melirik ke arahku, kemudian kau meraih garpumu dan menunjukkan sekali lagi cara memegang garpu yang benar dengan penuh penekanan. Aku tergelak.
“Iya..iya…Saya mengerti, Bos…” ucapku sambil terkekeh geli.
Aku membetulkan posisi jariku saat memegang garpu, mencoba menirukan tanganmu. Aku tusukkan garpu ini sekali lagi pada sepotong kentang dan melahapnya penuh penjiwaan.
“Nah begitu…” gumammu. “Eh, kamu coba ini deh…” ujarmu sambil melahap makanan.
Aku bergidik ngeri dalam hati. Ini restauran Spanyol yang baru pertama kali ku kunjungi. Memakan kentangku yang menurutku tidak wajar saja harus penuh perjuangan. Bagaimana aku bisa melahap makananmu yang menyerupai omelet tidak wajar itu. Belum selesai aku menuntaskan gerutuku kulihat sepotong omelet tidak wajar milikmu sudah ada di depan hidungku. Dengan canggung aku memegang tanganmu dan melahap omelet itu melalui suapanmu. Aku mengunyahnya dengan cepat dan buru-buru menelan lalu kuteguk jus melonku dengan segera. Kau menatapku sambil tersenyum tipis. Ah ekspresi wajah itu yang mungkin akan membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya, dan yang akan selalu kuingat lekat-lekat seperti aku mengingat momen tentang cara memegang garpu dengan benar sesuai ajaranmu.
Kamu yang membuat duniaku serasa tidak wajar. Semakin sinting di kala diri ini tersiksa oleh penyiksaan yang tak kasat mata, yaitu tersiksa rindu. Rindu kamu. Dan sekarang hampir bulan ketujuh. Sampai sepanjang waktu berjalan ini hanya hitungan jam saja kita bertemu, tapi mungkin karena waktu singkat itu kenangan akan dirimu berusaha aku ingat lekat-lekat. Kau memang menyebalkan, sayang. Sangat. Aku sampai berpikir ingin menusukmu dengan garpu saja untuk meluapkan segala perasaanku yang terakumulasi selama tujuh bulan ini. Ya, itu hal pertama yang ingin aku lakukan saat aku bertemu kembali denganmu suatu saat nanti. Menusukmu di bagian mana aku masih belum memikirkannya, nanti saja lah.
170612 11:12 PM

0 komentar:

Posting Komentar