pernah kunikmati sebuah senja
cukup manis untuk dikenang memang
karena kala itu seseorang tengah setia duduk di sampingku
tak enggan menggenggam erat tangan ini dan bercengkrama dengan rendah hati
masih membekas jelas matahari sore mengintip di celah awan tanpa meninggalkan kemilaunya
dan hamparan laut di depan mata sangat sukses menjadi cermin yang paling jujur
ada kala kunikmati sebuah senja yang ambigu
tepat dari arah barat matahari menguasai singgasananya
bulat utuh, lingkaran penuh
terlalu gagah untuk diganggu oleh segumpal awan pekat, hanya kuasan halus kurasa
itu pun hanya berada di sekitar si bola raksasa
kemilau jingganya sungguh memukau, cukup membuat mata ini berbinar
bibir pun mengurai sebuah senyuman, senyuman tipis
beda dari senja sebelumnya adalah...
senja yang menakjubkan itu justru mengiringi perjalanan terakhirku
perjalanan terakhir bersama lelaki terhebat dalam hidupku, Bapak.
persis ke arah barat kami tertuju
tertuju ke tempat beliau dilahirkan sekaligus tempat terakhir peristirahatannya
mungkin menurut beliau tanah kelahiran adalah tempat yang paling tenang.
senja yang magis...
benar-benar hari yang indah, menurutku
dan Bapak pasti sependapat, buktinya beliau memilih cara yang paling elegan untuk pergi
Bapak mungkin tak ingin menodai hari itu dengan tangisan pilu yang menyayat telinga
kupikir kali ini Bapak terlampau pengertian
walaupun perpisahanku dengan Bapak terkesan egois,
tapi dengan ini semoga aku bisa mencintai Bapak lebih baik lagi...
dan saatnya aku berjuang menyetapaki perjalanan terbaikku
dengan tetap merindukan Bapak... sekarang, sampai nanti....
130912 - 12:12 AM
0 komentar:
Posting Komentar