Kamis, 13 September 2012

Senja dan Kenangan

Kecil

pernah kunikmati sebuah senja

cukup manis untuk dikenang memang

karena kala itu seseorang tengah setia duduk di sampingku

tak enggan menggenggam erat tangan ini dan bercengkrama dengan rendah hati

masih membekas jelas matahari sore mengintip di celah awan tanpa meninggalkan kemilaunya

dan hamparan laut di depan mata sangat sukses menjadi cermin yang paling jujur

namun...........

ada kala kunikmati sebuah senja yang ambigu

tepat dari arah barat matahari menguasai singgasananya

bulat utuh, lingkaran penuh

terlalu gagah untuk diganggu oleh segumpal awan pekat, hanya kuasan halus kurasa

itu pun hanya berada di sekitar si bola raksasa

kemilau jingganya sungguh memukau, cukup membuat mata ini berbinar

bibir pun mengurai sebuah senyuman, senyuman tipis

beda dari senja sebelumnya adalah...

senja yang menakjubkan itu justru mengiringi perjalanan terakhirku

perjalanan terakhir bersama lelaki terhebat dalam hidupku, Bapak.

persis ke arah barat kami tertuju

tertuju ke tempat beliau dilahirkan sekaligus tempat terakhir peristirahatannya

mungkin menurut beliau tanah kelahiran adalah tempat yang paling tenang.

senja yang magis...

benar-benar hari yang indah, menurutku

dan Bapak pasti sependapat, buktinya beliau memilih cara yang paling elegan untuk pergi

Bapak mungkin tak ingin menodai hari itu dengan tangisan pilu yang menyayat telinga

kupikir kali ini Bapak terlampau pengertian

walaupun perpisahanku dengan Bapak terkesan egois,  

tapi dengan ini semoga aku bisa mencintai Bapak lebih baik lagi...

dan saatnya aku berjuang menyetapaki perjalanan terbaikku

dengan tetap merindukan Bapak... sekarang, sampai nanti....

 

130912 - 12:12 AM

0 komentar:

Posting Komentar